Cara Prabowo Menanam Kaki di Provinsi Lewat Pilkada

5 menit
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bertemu dengan para pemimpin partai politik yang tergabung dalam Koalisi Indonesia Maju pada Oktober 2023. (Dokumentasi Prabowo)

Kepemimpinan Prabowo sebagai Presiden diprediksi akan semakin solid dengan potensi Koalisi Indonesia Maju yang menguasai Pilkada serentak 2024.

Koalisi gemuk yang dibangun oleh Prabowo Subianto adalah strategi lanjutan untuk menancapkan kuku di 37 Provinsi pada Pilkada 2024. Sebagai Presiden baru, Prabowo membutuhkan pondasi dan kaki-kaki yang kuat di daerah untuk mengimplementasikan kebijakan politik.

Membangun KIM dan kemudian meluas menjadi KIM Plus, membuat peluang calon-calon gubernur dan wakil gubernur bisa dikondisikan dalam satu barisan koalisi pemerintah semakin besar. Keberadaaan KIM dan KIM Plus di level nasional ini menguntung Gerindra dalam pilkada.

Sebenarnya, pada Pilkada 2024 ini, khususnya pemilihan gubernur, nyaris tidak ada koalisi KIM yang solid. Partai Golkar, Gerindra, Demokrat, PAN, PSI, PBB, Garuda, dan Gelora, tidak pernah benar-benar komplit dalam koalisi di pemilihan calon gubernur. Koalisi itu pecah, ada yang sebagian berkoalisi dengan KIM Plus, bahkan dengan PDI Perjuangan.

Hanya ada tiga pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang diusung beberapa anggota koalisi KIM tanpa KIM Plus dan PDIP. Ketiganya yakni pasangan Gusnar Ismail dan Idah Syahidah Rusli Habibie di Gorontalo yang diusung Gerindra, Golkar, dan demokrat, pasangan Ali Baal Masdar dan Arwan Aras di Sulawesi Barat yang diusung Gerindra dan Golkar, terakhir pasangan Ruksamin dan Sjafei Kahar di Sulawesi Tenggara yang diusung Gelora dan PBB. 

Sementara untuk pasangan calon yang diusung campuran antara KIM dan KIM Plus berjumlah 42 pasangan yang tersebar di 33 provinsi. Kondisi ini membuat partai KIM dan KIM Plus justru saling bertarung di 8 provinsi, yakni di Papua Barat sebanyak 3 calon dari KIM dan KIM plus dan di Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Riau, Sulawesi barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Utara sebanyak masing-masing 2 calon.

Meski terlihat tidak solid, namun dari 42 pasangan, sebanyak 17 pasangan calon didukung dengan total perolehan suara partai dalam koalisi pada Pileg DPRD 2024 di atas 50 persen. Jika suara partai solid sebagaimana Pileg DPRD, bisa dipastikan 17 pasangan calon itu akan menang. Tentu kemenangan dalam pemilihan calon gubernur tidak hanya bergantung pada partai, namun juga sosok calon.

Tidak Ada Koalisi Abadi dan Sebaliknya

Koalisi besar yang dibangun oleh Prabowo di pusat hanya menyisakan satu partai besar yakni PDI Perjuangan. Meski sempat tarik ulur bergabung ke pemerintahan Prabowo sebagaimana dua partai besar lainnya yakni Nasdem dan PKS, PDI Perjuangan pada akhirnya tidak bergabung dengan koalisi KIM Plus. 

PDI Perjuangan terlihat sebagai pejalan kaki yang melawan arus, meskipun diam-diam membangun koalisi di pemilihan calon gubernur dengan KIM, dan KIM Plus. Bahkan PDI Perjuangan juga bergabung dengan koalisi besar melawan kotak kosong di beberapa daerah.

PDI Perjuangan tidak punya pilihan lain selain berkoalisi dengan KIM dan KIM Plus, jika punya tidak dilibatkan, mereka terpaksa mengusung calon gubernur seorang diri. Seluruhnya ada enam calon gubernur dan wakil gubernur yang diusung PDI Perjuangan tanpa berkoalisi dengan partai lain.

Keenam itu adalah pasangan Steven Kandauw dan Alfred Denny Tuejeh di Sulawesi Utara, Andika Perkasa dan Hendrar Prihadi di Jawa Tengah, Arinal Djunaidi dan Sutono di Lampung, Jeje Wiradinata dan Ronal Surapradja di Jawa Barat, Benhur Tomi Mano dan Yermias Bisai di Papua, dan Eddy Santana Putra dan Riezky Aprilia di Sumatera Selatan.

Kecuali di enam daerah tersebut, PDI Perjuangan tak punya pilihan lain untuk berkoalisi dengan KIM atau KIM Plus. 

Di sisi lain, Gerindra pun tidak segan menggandeng PDI Perjuangan untuk berkoalisi bersama. Totalnya, ada lima pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang diusung oleh koalisi yang di dalamnya terdapat Gerindra dan PDI Perjuangan, yakni di Jambi, Kalimantan Selatan, Papua Barat, Bengkulu, dan Aceh.

Tidak hanya PDI Perjuangan dan Gerindra saja yang akhirnya berkoalisi dalam beberapa pilkada, PSI pun akhirnya menelan ludah sendiri dengan berkoalisi dengan PKS. Padahal pada 2019, Grace Natalie (Ketum PSI saat itu) dan Raja Juli Antoni (Sekjen PSI saat itu) menegaskan bahwa “haram” berkoalisi dengan PKS. Namun akhirnya, pada pemilihan calon gubernur 2024, PSI dan PKS berkoalisi di 23 daerah.

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. (Dokumentasi DPP PDIP)

Gerindra Diuntungkan, PDIP Rugi Besar

Skenario koalisi yang diciptakan Prabowo ini mendatangkan banyak keuntungan buat Gerindra. Di atas kertas, calon-calon gubernur yang didukung oleh Gerindra punya peluang lebih besar untuk menang. Hitungan perolehan suara koalisi yang dibangun oleh Gerindra di daerah-daerah menunjukan angka-angka yang signifikan.

Totalnya ada 23 calon kepala daerah dalam koalisi yang melibatkan Gerindra yang perolehan suara partai dalam Pileg DPRD 2024 mendapatkan suara di atas 50 persen. 

Perolehan suara di Jawa Barat, koalisi partai Gerindra, Golkar, Buruh, PKN, Hanura, aruda, PAN, PBB, Demokrat, PSI, Perindo, dan Ummat, memperoleh 51,76 persen suara dalam Pileg DPRD 2024. Koalisi ini mengusung Dedi Mulyadi dan Erwan Setiawan. 

Sementara paling tinggi paling tinggi di Papua Barat dengan perolehan suara 98,79. Semua partai berkoalisi mengusung pasangan Dominggus Mandacan dan Mochamad Lakotani melawan kotak kosong. 

Dari 23 calon kepala daerah yang di atas kertas didukung koalisi yang memiliki suara di atas 50 persen, lima di antaranya termasuk koalisi dengan PDI Perjuangan. 

Sedangkan PDI Perjuangan merugi banyak. Partai berlambang banteng ini nyaris tidak memiliki koalisi yang punya perolehan suara di atas 50 persen dalam Pileg DPRD 2024. Koalisi tanpa KIM yang bangun PDI Perjuangan totalnya ada 16 daerah, dari semua itu tidak perolehan suara koalisi dalam Pileg 2024 tertinggi hanya di Sulawesi Utara sebesar 38,83 persen dan di Riau 33,6 persen. Di Sulut PDI Perjuangan maju sendiri, sedangkan di Riau berkoalisi dengan PKB dan Nasdem.

Sementara itu dalam koalisi PDI Perjuangan dengan KIM namun tanpa Gerindra, hanya ada 2 daerah yang koalisinya memiliki suara di atas 50 persen di Pileg DPRD 2024. Dua daerah itu yakni Bali sebesar 61,57 persen berkoalisi dengan PKB, Buruh, Gelora, Hanura, PBB, Perindo, PPP, dan Ummat, lalu di Kepulauan Bangka Belitung sebesar 50,69 persen berkoalisi dengan Golkar, PKS, dan PPP.

Dengan asumsi suara partai solid seperti perolehan suara Pileg DPRD 2024, maka di atas kertas PDI Perjuangan hanya mungkin menang di dua daerah dari 37 daerah. Sebuah kerugian besar untuk partai yang semula memiliki 5 gubernur. 

Dengan kondisi ini, Prabowo bakal semakin punya pengaruh lebih kuat di tingkat provinsi. Strategi membangun koalisi besar tanpa PDI Perjuangan membuka peluang lebih besar Gerindra merajai pemilihan gubernur 2024.

Terima kasih sudah membaca laporan dari Project Multatuli. Jika kamu senang membaca laporan kami, jadilah Kawan M untuk mendukung kerja jurnalisme publik agar tetap bisa telaten dan independen. Menjadi Kawan M juga memungkinkan kamu untuk mengetahui proses kerja tim Project Multatuli dan bahkan memberikan ide dan masukan tentang laporan kami. Klik di sini untuk Jadi Kawan M!

5 menit