Presiden Prabowo Subianto melakukan pemangkasan anggaran semua kementerian dan lembaga dengan dalih efisiensi anggaran. Namun, penghematan itu kurang berlaku untuk Kementerian Pertahanan dan TNI serta Kepolisian. Penelusuran saya, polisi dan TNI justru menghamburkan triliunan duit pajak rakyat untuk “fesyen”.
KETIKA Prabowo mengatakan “ndasmu” kepada para pengkritik kebijakan, saya merasa hal itu biasa saja. Sebagai orang Yogyakarta, tumbuh di kampung kota, kata “ndasmu” akrab di telinga sebagai bahasa guyonan. Sebagai penutur “ndasmu” terkadang itu menjadi respons ketika terkejut melihat tindakan orang lain yang dianggap di luar nalar.
Seperti dua minggu sebelum Prabowo membisikan “ndasmu”, saya berucap dalam hati “ndasmu” ketika mengamati belanja institusi Polri dan Kementerian Pertahanan tahun 2025 di website LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah). Konteksnya, saat itu heboh pemangkasan anggaran kementerian, kecuali untuk Kemenhan dan Polri. Saya jadi penasaran mengapa dua institusi tersebut kurang tersentuh pemangkasan.
Karena alasan itu, saya menghabiskan waktu seharian menelusuri belanja dua institusi ini. Di tengah penelusuran itu, saya menemukan pembelian sepatu merk GALAXY I dari anggaran Kementerian Pertahanan. Total anggaran yang dihabiskan untuk membeli sepatu itu Rp16,6 miliar.
“Rp16 miliar, ndasmu gundul,” kata saya dalam hati, kaget. “Masak beli sepatu sampai Rp16 miliar?”
Sebagai orang yang tak paham merk sepatu, saya bertanya ke beberapa teman, “GALAXY I ini merk sepatu apa ya?” Semua teman yang saya tanyai, menjawab tidak tahu. Ada yang pula yang berspekulasi, “mungkin merk baru.”
Setelah Googling di internet beberapa menit, saya akhirnya menemukan sepatu GALAXY I di halaman e-katalog LKPP. Sepatu itu berwarna biru, sol warna putih, logo huruf “b”, dan ada tulisan TNI pada bagian atas lidah sepatu. Harganya sepasang Rp1,5 juta.
“Rp1,5 juta ndasmu,” kata saya dalam hati, kaget lagi.
Buat saya sepasang sepatu seharga Rp1,5 juta itu mahal. Saya tidak pernah punya atau beli sepatu semahal itu, paling mentok harga Rp700 ribuan. Harap dimaklumi, seperti Prabowo bilang, gaji wartawan itu kecil, nggak belanja di mal.
Dari laman LKPP, saya juga menemukan ada pembelian sepatu merk BOLZANO II dari anggaran Kemenhan senilai Rp3,4 miliar. Dari penelusuran di e-katalog, sepatu itu memiliki bentuk yang sama persis dengan sepatu GALAXY I. Perusahaan penyedia sepatu, keterangan dan spesifikasi di e-katalog juga sama, bedanya hanya harga. Harga sepatu merk Bolzano II Rp910 ribu.
Seorang teman memberitahu bahwa logo “b” sepatu Galaxy I dan Bolzano II itu sama dengan logo sepatu Bocorocco, sepatu bersertifikasi halal pertama di Indonesia. Bahkan pada foto sepatu BOLZANO II, terlihat bagian dalam sepatu ada logo dan merk Bocorocco. Sepatu Bocorocco yang sama dengan Galaxy I dan Bolzano II itu dijual dengan harga Rp4,5 juta.

Rasanya gondok melihat TNI membeli sepatu mahal dari sebagian uang pajak yang tiap bulan dipotong dari gaji saya. Sementara saya sendiri tak pernah punya sepatu semahal itu, mungkin juga banyak orang lain yang tak punya sepatu semahal itu.
Berbekal rasa kesal, saya mengunduh semua data anggaran milik Kemenhan dan Polri, lalu memindahkannya dalam spreadsheet. Ada dua set data yang saya unduh untuk masing-masing institusi. Set data pertama adalah rencana anggaran dan set data kedua adalah pelaksanaan anggaran. Tiap set data berisi puluhan ribu cell data. Semua set data ini saya unduh pada 7 Februari 2025.
Dari data tersebut, saya membuat klasifikasi sederhana untuk sejumlah item belanja dua institusi itu. Seperti data belanja sepatu, pakaian dinas, kaos, baju olahraga, kacamata, jam tangan, dll, saya masukan dalam kategori Pakaian & Aksesoris, sementara untuk belanja kertas, buku, pena, dll saya kategorisasi sebagai ATK. Lalu ada beberapa klasifikasi lainnya, seperti kategori Makanan untuk mengakomodasi belanja nasi box, konserven dll; kategori Perjalanan Dinas & Bimtek yang juga memasukan rapat dan seminar; dan masih ada kategori lainnya.
Klasifikasi ini saya lakukan untuk menjawab rasa penasaran; Apa saja yang dibeli oleh Polri dan Kemenhan dan apakah sudah sesuai dengan agenda penghematan Prabowo?
Uang Belanja “Fesyen” TNI
Mari bahas rencana anggaran Kemenhan. Total rencana anggaran belanja Kemenhan 2025 yang tercatat dalam data LKPP adalah Rp41 triliun, yang terbagi dalam 88.928 item belanja. Sebagai catatan, data LKPP meliputi rencana belanja yang sifatnya swakelola dan penyedia. Swakelola artinya belanja langsung oleh institusi, sedangkan penyedia berarti menggunakan mekanisme tender.
Dari data tersebut saya menyoroti anggaran belanja “fesyen” TNI, termasuk di dalamnya sepatu GALAXY I seharga Rp1,5 juta itu. Dari klasifikasi yang saya lakukan setidaknya ada Rp2,3 triliun uang pajak rakyat yang dipakai untuk membeli pakaian & aksesoris.
Dari jumlah itu saya menelisik item apa saja yang ada di sana. Salah satu yang bikin saya terkejut adalah anggaran “sepatu dislap” atau sepatu dinas lapangan senilai Rp426,3 miliar di Mabes TNI AD. Sayangnya tidak ada keterangan berapa jumlah sepatu yang akan dibeli.
Itu hanya satu item sepatu. Dan masih ada 15 item belanja sepatu lainnya. Misalnya, sepatu dislap kulit jeruk Rp38 miliar, kapor sepatu sihar TNI AU Rp25 miliar, dan kapor sepatu olahraga matra AU Rp20 miliar.
Ada juga rencana pengadaan kaos dan seragam olahraga. Misalnya ada rencana pengadaan t-shirt loreng senilai Rp138 miliar. Saya cukup tercengang melihat ada rencana pembelian jas hujan Babinsa senilai Rp50 miliar di Mabes TNI AD.
Sebagai catatan, rencana pembelian jas hujan dan sepatu ini tidak hanya satu item belanja, melainkan ada barang yang sama tapi masuk dalam item anggaran berbeda.
Saat melihat rencana anggaran 2025 itu, saya masih berharap ada revisi, paling tidak setelah pemangkasan anggaran. Sebab, anggaran itu bisa dipangkas saja. Namun, dari sejumlah rencana itu, beberapa item sudah terlanjur dilaksanakan dan terealisasi. Termasuk salah satunya pembelian sepatu GALAXY I, sepatu BOLZANO II oleh Mabes TNI AU dan sepatu-sepatu lainnya.
Saya membuat hitungan sederhana, dengan harga sepatu dan anggaran itu, paling tidak TNI AU membeli lebih dari 11.000 pasang sepatu GALAXY I dan 3.795 pasang sepatu BOLZANO II. Paling tidak nyaris dari separuh anggota TNI AU di seluruh Indonesia mendapatkan sepatu baru pada 2025.
Pada 2024, TNI AU juga pernah membeli sepatu BOLZANO dengan anggaran Rp2,4 miliar. Sepatu ini dibeli di e-katalog dari vendor yang sama dengan pembelian tahun 2025, yakni PT Chosen Mitra Abadi.
Pembelian sepatu lainnya yang bikin saya bertanya-tanya adalah sepatu Dishar TNI AU senilai Rp25 miliar. Dari website e-katalog LKPP diketahui harga sepatu Dishar TNI AU Rp616.900. Jika dihitung, maka ada 40.638 sepatu dinas harian yang dibeli TNI AU. Padahal jumlah anggota TNI AU diperkirakan hanya 37.000 personel aktif.
Pembelian sepatu lagi yang bikin kesal adalah sepatu golf oleh Pusat Intelijen TNI Angkatan Darat (Pusintelad). Anggarannya memang kecil hanya Rp3,7 juta, tapi apa urusannya pusat intelijen membeli sepatu golf?
Pada set data pelaksanaan anggaran Kemenhan 2025, saya menemukan anggaran pembelian jas hujan Babinsa dilaksanakan dengan anggaran senilai Rp49,7 miliar. Pembelian jas hujan ini dilakukan lewat e-katalog 5.0. Penjualnya adalah CV Berkah Anugrah. Dari penelusuran di website e-katalog LKPP, saya menemukan CV Berkah Anugrah menjual jas hujan loreng dengan harga Rp370 ribu.
Mengikuti harga jas hujan loreng itu, maka setidaknya ada 134.545 jas hujan yang dibeli untuk Babinsa. Sementara itu berdasarkan data tahun 2023, jumlah Babinsa di seluruh Indonesia hanya 65.000 orang.
Jika TNI membeli barang dari lapak daring, sangat bisa mendapatkan harga yang lebih murah dan bisa membeli lebih banyak jas hujan. Kisaran harga untuk jas hujan loreng di lapak online berkisar dari Rp60-170ribuan.
Hasil penelusuran dan pengkategorisasi yang saya lakukan menunjukkan belanja Pakaian & Aksesoris dari anggaran Kemenhan per 7 Februari 2025 bernilai cukup fantastis. Tak terbayangkan uang Rp458,9 miliar hanya habis untuk beli pakaian seragam, sepatu, topi, jam tangan, dan aksesoris lainnya.
Jika anggaran yang saya kategorisasikan dalam ATK, infrastruktur, makanan, pakaian & aksesoris, serta rapat bisa dipangkas, mungkin Prabowo bisa saving lebih banyak lagi.
Polri Tak Mau Kalah
Urusan menghamburkan duit rakyat, sepertinya polisi tak mau ketinggalan. Alih-alih penghematan, polisi justru melakukan hal serupa seperti yang dilakukan di Kemenhan.
Dalam rencana anggaran Polri di LKPP, mereka merencanakan menghabiskan Rp2,8 triliun untuk “fesyen”, mulai dari pakaian, sepatu, kacamata dan lainnya.
Dari penelusuran dan pengkategorisasian yang saya lakukan, paling tidak ada enam kategori, yakni ATK, Infrastruktur, Kendaraan, Makanan, Pakaian & Aksesoris, serta Perjalanan Dinas & Bimtek yang bisa dipangkas. Totalnya bisa sampai Rp5,8 triliun.
Salah satu item rencana belanja yang menarik perhatian saya adalah kacamata. Polisi berencana membeli kacamata pelindung, totalnya Rp384 miliar, yang dipecah dalam lima rencana pengadaan. Sayangnya, tidak diketahui berapa jumlah kacamata yang akan dibeli.
Saya sebenarnya tak percaya polisi tega menggunakan ratusan miliar rupiah hanya akan digunakan untuk membeli kacamata. Saya khawatir jika ternyata ada kesalahan dalam pengolahan data. Ternyata tidak. Angka itu benar ada di website LKPP.
Dari data pelaksanaan anggaran Polri 2025 yang saya unduh dari website LKPP, pembelian kacamata ini benar-benar direalisasikan. Totalnya ada 9 pengadaan kacamata tactical dan kacamata pengaman yang dibeli melalui e-katalog 5.0.
Misalnya untuk pembelian kacamata tactical dengan anggaran Rp97,2 miliar, polisi membeli di e-katalog LKPP yang disediakan oleh PT Diramoti Alam Perkasa dengan harga satuan Rp1,5 juta.
Pembelian kacamata tactical itu tidak hanya sekali, melainkan 5 kali dengan jumlah anggaran yang berbeda untuk institusi yang berbeda. Ada pula pembelian kacamata tactical Google dengan anggaran Rp94,4 miliar dengan harga satuan Rp2,5 juta.
Lagi-lagi saya minder melihat harga kacamata yang dibeli polisi ini memakai duit pajak rakyat. Kacamata minus yang saya pakai sehari-hari seharga Rp1,2 juta, itu pun saya membelinya karena promo beli 1 gratis 1, sehingga dengan harga tersebut bisa mendapatkan dua kacamata sekaligus.
Jika dihitung, totalnya polisi membeli 256.278 kacamata tactical. Itu artinya separuh anggota polisi di seluruh Indonesia bakal mendapatkan kacamata baru pada 2025.
Sebagai catatan, nilai pembelian kacamata tactical ini tidak termasuk biaya pengemasan dan pengiriman. Polisi mengeluarkan anggaran Rp186 juta untuk pengemasan dan pengiriman kacamata.
Pada 2024 dan 2023, polisi juga membeli kacamata tactical dari vendor yang sama. Pada 2024, polisi membeli dengan anggaran Rp74,9 miliar; pada 2023, anggarannya Rp55,2 miliar.
Seorang polisi pernah mereview kacamata tactical ini di YouTube. Dalam video yang diunggah pada 21 Maret 2023 itu ia berkata merk kacamata itu adalah Tifosi. Ia juga menunjukan case dan kardus kemasan kacamata. Selain kacamata, dalam video unboxing berjudul “review jatah Polri” itu ia menunjukkan mendapatkan tongkat baton.
Dalam anggaran 2025, Polri membeli tongkat baton dengan anggaran Rp70 miliar dari vendor yang sama dengan kacamata tactical. Harga satuan tongkat baton dalam e-katalog Rp3,6 juta.
Di lapak daring, saya menemukan ada banyak kacamata yang sama dijual dengan kisaran harga Rp200-Rp300 ribuan. Menariknya, ada banyak penjual yang menyatakan bahwa kacamata yang dijual itu kacamata “jatah Polri”. Dalam foto yang ditampilkan juga terlihat tulisan Polda Aceh, Polda Banten, Polda Metro Jaya, Polda Jawa Timur, dll. Kemasan dan kacamatanya sama dengan yang diulas oleh polisi di YouTube.

Sementara untuk tongkat baton, harga pasaran di lapak online Rp200-300 ribuan. Sama seperti kacamata, banyak penjual menerangkan bahwa produk yang dijualnya adalah “jatah Polri” atau “jatah polisi”. Stoknya pun banyak. Ada penjual mencantumkan memiliki stok 1.000 tongkat baton.

Ini baru anggaran kacamata. Belum seragam, kaos, baju olahraga, jaket, sepatu, celana dalam, dan lainnya. Untuk sepatu saja, polisi membelanjakan Rp627,9 miliar, sementara untuk celana dalam, Rp145 juta.
Dari hasil pengkategorisasian yang saya lakukan, paling tidak Polri sudah mengeluarkan Rp2,28 triliun untuk pembelian pakaian & aksesoris.
Mual rasanya melihat triliunan duit pajak rakyat dibiarkan begitu saja dan dihabiskan untuk belanja yang seharusnya bisa dipangkas. Sulit membayangkan abang ojol membeli jaket dan jas hujan mereka sendiri untuk bekerja, sementara polisi dari ujung kaki hingga ujung kepala dibiayai negara.
Geram juga membayangkan mahasiswa dan warga yang turun ke jalan untuk aksi Indonesia Gelap dipukul polisi yang menggunakan sepatu yang dibeli dari uang rakyat.
Selama seminggu lebih menelisik anggaran dua institusi ini, membuat saya meragukan komitmen pemangkasan anggaran yang dilakukan oleh pemerintahan Prabowo. Sebab, faktanya, ada banyak anggaran yang bisa dipangkas dari dua institusi ini, tapi tidak dilakukan. Dua institusi ini justru masih menjadi kementerian dan lembaga yang mendapatkan anggaran terbesar pada 2025, yakni Rp140-an triliun untuk Kemenhan dan TNI serta Rp106 triliun untuk Polri.
Dalam hati saya berbisik, “Pak Prabowo, efisiensi ndasmu!”
Bantu kami untuk memantau Rencana Anggaran dan Pelaksanaan Anggaran Kemenhan dan Polri 2025 melalui sheet ini. Karena ada banyak anggaran yang bisa jadi luput dari pantauan kami. Kalian juga bisa memantau anggaran yang terupdate melalui website LKPP.