Jika hutan berubah menjadi lahan sawit, ke mana masyarakat adat yang hidup bergantung darinya harus bertahan? Hendrikus Woro, pemuka adat Suku Awyu berbagi keresahan tentang hutan adatnya yang hendak dialihfungsikan oleh perusahaan menjadi ladang sawit. Rencana alih fungsi ini telah menyebabkan banyaknya perubahan dalam kehidupan mereka.
Sejak tahun 2013, masyarakat Suku Awyu di Kabupaten Digul, Papua Selatan kerap didatangi oleh perusahaan sawit yang menawarkan uang dan kerja sama. Iming-iming ini semata-mata demi memuluskan jalan perusahaan untuk mendapatkan hak kelola atas tanah masyarakat.
Tidak hanya itu, perusahaan juga terindikasi memalsukan dokumen yang seharusnya disepakati dan disetujui bersama masyarakat. Tidak kunjung mendapatkan perhatian dari pemerintah, pada tahun 2018 masyarakat Suku Awyu mulai menggagas beberapa gerakan demi mencegah perusahaan berbuat lebih jauh. Diinisiasi oleh Hendrikus Woro serta didukung warga dan gereja, masyarakat suku Awyu memasang tanda-tanda batas wilayah dan memancang salib merah sebagai simbol penolakan terhadap rencana ekspansi perusahaan atas tanah mereka.
Pada tanggal 2 November 2023, Majelis Hakim PTUN Jayapura memutuskan menolak gugatan Hendrikus Woro terkait pencabutan izin perkebunan kelapa sawit di hutan adat mereka seluas 39.000 hektare.
Siang berganti, malam berganti (asu pemige sawa pemige).
Film ini merupakan film kedua dari Trilogi Awyu