Katanya pemerintah Indonesia punya target mengakhiri HIV/AIDS pada 2030. Ironisnya masyarakat, terutama perempuan, kurang mendapat pendidikan kesehatan reproduksi, termasuk edukasi tentang HIV/AIDS. Ini mendorong maraknya stigma dan diskriminasi di berbagai level mulai dari keluarga, masyarakat, hingga institusi, termasuk institusi layanan kesehatan. Akibatnya ODHA sering mengalami gangguan kesehatan mental.
Sementara itu, koordinasi antarlembaga pemerintah berantakan. Peraturan-peraturan saling bertentangan. Ada aturan yang melarang diskriminasi, namun juga ada yang justru memperparahnya. Kekerasan berbasis gender yang masih terjadi pun semakin berat akibat ditambah stigma dan diskriminasi terkait HIV/AIDS.
Obat ARV yang pahit itu tidak sepahit nasib yang ditelan ODHA. Yang terbentang adalah jalan panjang ketimbang optimisme pemerintah untuk mengakhiri HIV/AIDS dalam 5 tahun. Dalam rangka warga bantu warga, apa yang bisa kita lakukan bagi ODHA?
Baca laporan lain kami:
Memendam Gelisah, Meredam Amarah: Anak-Anak Dengan HIV Positif Hidup Dalam Stigma dan Diskriminasi
Anak Dengan HIV Positif di Antara Menelan Obat Pahit atau Kenyataan yang Lebih Pahit